Fu Haifeng dengan Rekor Smes Dunia, 332 Kilometer per Jam



KINI bulu tangkis dapat menegaskan diri sebagai olahraga raket tercepat di dunia. Sensor gelombang mikro yang dipasang pada lapangan utama (TV court) selama kejuaraan bulu tangkis beregu campuran Piala Sudirman di Beijing Capital Gymnasium menangkap luncuran kok berkecepatan tertinggi, 332 kilometer per jam.

Adalah pemain ganda putra China, Fu Haifeng (21 tahun), yang menghantam smes sekencang itu. Sementara Kenneth Jonassen, tunggal putra Denmark yang sudah berusia 30 tahun, mengukir kecepatan 298 kilometer per jam.

Di putri, pemain ganda China, Huang Sui, menorehkan smes secepat 257 kilometer per jam. Sebelum penggunaan sensor gelombang mikro di Beijing, rekor tercepat smes bulu tangkis digenggam pemain ganda Inggris, Simon Archer, dengan 264 kilometer per jam.

Lewat rekor yang kini dipegang Fu Haifeng tersebut, tak satu pun olahraga raket yang menandingi.

Sebagai pembanding, rekor servis terkeras tenis dunia yang diukir big server AS, Andy Roddick, hanya 246 kilometer per jam, lebih lambat dari smes Huang. Roddick menorehkan rekor itu saat mengalahkan Paradorn Srichaphan di perempat final Stella Artois, London, Inggris, tahun lalu.

Jonassen yang ditemui seusai latihan dalam kompleks Capital Gymnasium, Jumat (13/5), tertawa lebar saat ditanya reaksinya mengenai pengukuran kecepatan smesnya.

"Ya saya sudah tahu. Ini kejutan. Saya rasa saya beruntung waktu itu dapat memukul kok sangat keras," katanya.

Di usia senjanya, Jonassen memang penuh kejutan. Selain ukiran lesatan smes itu, pemain kelahiran 3 Juli 1974 itu kini justru terus menanjak prestasinya dan mengukuhkan diri sebagai peringkat dua dunia.

Para penikmat dan masyarakat bulu tangkis dapat berharap rekor-rekor yang telah dibukukan itu dapat cepat menjadi usang dan diganti oleh angka yang lebih dahsyat. Pasalnya, pemasangan sensor di Beijing itu baru berupa uji coba.

Artinya, tidak semua lapangan dipasangi alat tersebut. Cuma lapangan keempat dari tujuh lapangan yang dipasang selama kejuaraan berlangsung.

Dengan hanya memasang peralatan di satu lapangan, hanya aksi para pemain tim tuan rumah yang selalu dapat direkam karena China memperoleh keistimewaan untuk tetap bermain di TV court tersebut.

Sementara pemain yang beruntung sesekali merasakan arena itu adalah mereka yang berasal dari Grup 1, seperti Indonesia, Denmark, Korsel, Hongkong, Thailand, Swedia, dan beberapa dari Grup 2 seperti Malaysia dan Belanda.

Karena belum semua pemain dahsyat terdata smes kerasnya, rekan-rekan wartawan China menyambut dingin rekor baru atas nama Fu Haifeng tersebut. Wartawati radio, Peng Yanyuan, menilai, catatan itu tidak istimewa karena baru dihasilkan dalam sebuah uji coba penerapan sensor. Hal senada juga disampaikan wartawan dari Guangzhou, Xu Shaoshian.

Jonassen sendiri menganggap kecepatannya bisa saja tidak menjadi miliknya kalau saja peralatan pengukur kecepatan luncuran kok itu juga ada di setiap aksi jawara-jawara tunggal putra yang lain. "Mungkin kalau Taufik Hidayat atau Muhammad Hafiz Hashim dari Malaysia saat memukul smes terbaiknya terpantau, mereka lebih bagus catatannya. Saya beruntung bisa memukul keras dan direkam," ujar Jonassen.

Meski demikian, Alex Loccisano, pemasok peralatan dan peranti lunak sensor pengukur kecepatan, itu kepada wartawan worldbadminton.net, Raphael Sachetat mengaku, apa yang dia temukan dalam Piala Sudirman sungguh luar biasa.

Menurut Loccisano yang perusahaannya berbasis di Melbourne, Australia, sensor miliknya punya batas kemampuan mengukur kecepatan proyektil olahraga hingga sekitar 350 kilometer per jam.

Artinya, peranti milik Loccisano yang sudah digunakan di berbagai pertandingan akbar criquet dan tenis itu sudah dipaksa bekerja pada ambang batas maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Coment. Coment Pleasee. :)